Wilayah Kabupaten Cianjur mengalami bencana gempa bumi dengan magnitudo 5,6 skala richter pada 21 November 2022, dengan titik kedalaman diduga berada pada kedalaman ±10 kilometer. Bencana ini menelan ratusan korban jiwa dan ribuan rumah rusak berat.
Dengan jumlah pengungsi sekitar 400 jiwa, diperlukan beberapa fasilitas sarana dan prasarana dasar terutama Hunian Sementara (Huntara) yang dapat menampung para pengungsi.
Tim Dr.-Ing Andry Widyowijatnoko dari SAPPK membangun beberapa shelter dan Huntara dengan menerapkan teknologi konstruksi bambu. Pembuatan shelter dengan teknik Reciprocal bertujuan untuk menampung pengguna dengan jumlah yang besar. Material yang digunakan berupa bambu, mur baut, tali, dan terpal. Shelter dapat digunakan sebagai masjid darurat, community space, dan hunian sementara bersama.
Pada setiap lokasi dibangun 2 buah tunnel yang dapat mengakomodasi luas hingga 10 x 14 meter. Sebagian dari material dibeli di dekat pengungsian agar dapat membantu menjalankan kembali roda perekonomian. Pembangunan shelter juga dibantu oleh masyarakat setempat agar terjadi transfer teknologi dengan masyarakat.
Selain itu tim juga membangun Hunian Sementara dari bambu. Huntara dengan ukuran 3 x 4 meter dapat berfungsi sebagai pengganti tenda pengungsian untuk 1 keluarga. Kapasitas dari huntara cukup terbatas untuk 1 keluarga, dan memberikan privasi lebih kepada pengguna.