Pada Kamis, 25 November 2021, pukul 09.00-11.30 telah diselenggarakan Webinar SAPPK#6 Sustainable Development in Built Environment dengan tema khusus dari Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur (PA), yakni ‘The Future of the Past; Heritage Revisited’. Webinar tersebut terdiri dari serangkaian materi paparan yang kemudian dilanjutkan dengan sesi tanggapan dari Panelis, dan kemudian sesi tanya jawab. Webinar diikuti oleh sekitar 100 peserta, antara lain peserta dari pihak internal dosen SAPPK ITB, mahasiswa, dan juga pihak luar, yakni dari stakeholder perwakilan dari pemerintah.
Sambutan webinar disampaikan oleh Ibu Dekan SAPPK, Ibu Dr. Sri Maryati. Selanjutnya pengenalan Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur disampaikan oleh Bapak Prof. Widjaja Martokusumo. Adapun Sesi materi dibuka oleh Moderator, yakni Ibu Medria Shekar Rani, Ph.D. Paparan pertama berjudul ‘Penilaian Rencana TOD’ yang disampaikan oleh Bapak Dr.-Ing Heru Poerbo. Beliau menjelaskan terkait instrumen analisis untuk menilai usulan pengembangan suatu Kawasan kota menjadi Kawasan TOD. Berdasarkan penjelasan beliau, dapat diketahui bahwa metode space syntax ideal untuk melakukan penilaian awal. Metode space syntax juga dapat dilakukan untuk menilai kondisi eksisting maupun rencana.
Materi kedua adalah ‘Eksploari Parameter Disain Arsitektur berdasarkan Metode Rekonstruksi Digital berbasis HBIM (Historic Building Information Modeling) dan Teknologi Pemindaian 3D untuk Bangunan Cagar Budaya oleh Bapak Aswin Indraprastha, Ph.D. Beliau menjelaskan bagaimana metode dokumentasi digital Bangunan Cagar Budaya berbasis BIM dan bagaimana model BIM dari komponen-komponen Bangunan Cagar Budaya dapat digenerasi dan diformat sesuai dengan standar BIM.
Materi selanjutnya adalah ‘Heritage Future towards Indonesian Heritage at Risk’ oleh Ibu Dr.-Ing. Erika Yuni Astuti. Pada paparan tersebut, beliau menjelaskan bahwa isu dari Heritage Futures adalah alam dan built environment, yakni bagaimana kita memilih value mana yang harus diikuti dan dipertimbangkan. Beliau menjelaskan kajian yang dilakukan, di beberapa kota, yakni di Bandung, Lasem, dan Solo. Beliau juga menjelaskan adanya isu privatisasi open space sehingga ruang terbuka tersebut tidak bisa diakses oleh semua orang, pun jika ada ruang terbuka yang bersifat free, terkadang ruang terbuka tersebut tidak mendukung untuk diakses oleh semua kelompok (contoh: tidak ramah lansia).
Sesi selanjutnya adalah tanggapan dari Panelis, yakni Bapak Ikaputra, Ph.D. dan Ibu Dr. Woerjantari Kartidjo. Bapak Ikaputra, Ph.D. memberikan tanggapan bahwa analisis terkait TOD dapat ditambahakan dengan ‘korelasi terhadap stasiun sebagai orientasi pengembangan’. Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa Heritage memang memiliki risiko atau ancaman di masa depan, Adapun untuk mengkaji risikonya, perlu juga diperhitungkan maksud dari heritage tersebut, yakni apakah sebagai aset ruang kawasan/kota/desa; atau sebagai aset arsitektur (venusitas/firmitas/utilitas); atau sebagai aset lainnya (tradisi yang perlu dipertahankan). Selanjutnya Ibu Dr. Woerjantari Kartidjo menjelaskan tantangan global dalam pelestarian cagar budaya. Berdasarkan hasil paparan, penjelasan panelis, dan sesi tanya jawab, dapat diketahui bahwa pada dasarnya masa depan Heritage memang memiliki risiko dan beberapa isu yang menantang, namun di sisi lain teknologi juga tersedia untuk membantu identifikasi dan proses pemeliharaan Cagar Budaya. Lebih lanjut,untuk menjaga Heritage di masa mendatang diperlukan kajian lebih lanjut yang spesifik, karena pada masing-masing kasus, solusi yang dibutuhkan akan berbeda.
Dokumentasi:
Link Youtube di SAPPK Official: