Enter your keyword

Webinar SAPPK 2023 #3 Sustainable Development in Built Environment: Integrasi Transportasi Antarmoda pada KA Bandara Soekarno-Hatta: Tantangan dan Masa Depan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin

Oleh : Admin

Pada hari Selasa, 4 Juli 2023, pukul 09.00-12.30 telah diselenggarakan Webinar SAPPK #3 Sustainable Development in Built Environment dengan tema khusus yakni ‘Integrasi Transportasi Antarmoda pada KA Bandara Soekarno-Hatta: Tantangan dan Masa Depan. Webinar ini dilakukan dalam format hybrid dengan bertempat di Ruang JFP Labtek IXA SAPPK ITB. Webinar diikuti oleh kurang lebih 89 peserta, antara lain peserta dari pihak internal dosen SAPPK ITB, mahasiswa S1-S3 dari dalam dan luar ITB, serta stakeholders luar seperti Dinas Perhubungan Kota Jayapura, Kementerian PPN/Bappenas, Dinas Perhubungan Kota Mataram, BRIN, IAP Jawa Barat, PT KAI, PT Railink, dan masih banyak lagi.

Webinar dibuka dengan sambutan dari Dekan SAPPK ITB, Ibu Prof. Dr. Sri Maryati, S.T., M.I.P. Adapun paparan dan diskusi kemudian dibuka oleh moderator, yakni Ardhana Tahriza Syarif, S.T. (Mahasiswa Magister Transportasi SAPPK ITB). Terdapat 4 narasumber yang berpartisipasi pada webinar ini. Adapun narasumber pertama yang menyampaikan materinya ialah Bapak Ibnu Syabri, B.Sc., M.Sc., Ph.D. (Dosen SAPPK ITB – KK SIWK) dengan judul paparan ‘Motivasi dan Kendala Membangun Integrasi Transportasi Antarmoda yang “Seamless” pada Moda Akses Bandara di Indonesia (Studi Kasus: KA Bandara Soekarno-Hatta)’. Poin dari paparan beliau adalah Permasalahan intermodalitas diibaratkan sebagai “fenomena gunung es”. Di puncaknya, terdapat permasalahan yang cenderung bersifat kasat mata dan memenuhi kebutuhan pengguna atau user, seperti kurangnya infrastruktur. Namun, semakin ke dasar gunung es, permasalahan cenderung mengarah kepada sisi organisasi atau lembaga transportasi, misalnya aspek keuangan dan koordinasi antar-stakeholder. Selain itu, Bapak Ibnu Syabri juga menekankan bahwa persoalan transportasi yang seamlesss atau berkesinambungan bukan hanya permasalahan negara maju. Negara berkembang, seperti Indonesia, juga perlu membangun transportasi seamless karena semakin banyak penduduk yang melakukan perjalanan lintas moda.

Materi kedua disampaikan oleh Bapak Prasetiyohadi, S.T., S.H., M.H. (Kasubdit Tatanan Kebandarudaraan dan Lingkungan, Direktorat Bandar Udara, Ditjen Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan) dengan paparan yang berjudul ‘Kebijakan Integrasi Transportasi: Studi Kasus Bandar Udara Soekarno-Hatta’. Secara umum, Pak Prasetiyohadi menjelaskan bahwa dari sisi regulasi, dasar hukum melakukan integrasi transportasi pada sisi bandara adalah Tatanan Kebandarudaraan Nasional (Pasal 193 Permenhub No. KM 166 Tahun 2019), dan Rencana Induk Nasional Bandar Udara (Pasal 199 Kepmenhub No. KP 24 Tahun 2023). Bapak Prasetiyohadi menekankan bahwa integrasi antarmoda sudah masuk dalam masterplan tiap-tiap bandara yang akan dibangun, kemudian memberikan contoh bandara dengan integrasi antarmoda, yaitu Medan, Yogyakarta, dan Palembang. Terakhir, beliau memaparkan tiga kendala pengembangan keterpaduan atau integrasi pada bandara, yaitu dari sisi perencanaan, pembangunan, dan pengoperasian bandara.

Paparan ketiga disampaikan oleh Ibu Rosita, S.T., M.M.Tr. (Kasubdit Kerja Sama dan Pengembangan Usaha, Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan) dengan judul materi “Kebijakan Integrasi Transportasi: Studi Kasus Bandar Udara Soekarno-Hatta”. Dalam rangkumannya, Ibu Rosita memaparkan tiga tujuan utama integrasi antarmoda, yaitu untuk mencapai transportasi yang cepat, murah, dan terjangkau. Kemudian beliau juga menjabarkan beberapa komponen integrasi. Pertama, integrasi dilakukan secara fisik. Kedua, integrasi dilakukan secara layanan, yang mencakup integrasi rute dan jadwal, integrasi pembayaran, dan integrasi tiket. Lebih jauh, dipaparkan juga skema kelembagaan pengelolaan integrasi antarmoda beserta stakeholder terkait, serta kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan. Terakhir, pada studi kasus KA Bandara Soekarno-Hatta, beliau menjelaskan latar belakang perencanaan awal, perbandingan dengan realisasinya sejak tahun 2017 hingga saat ini, kondisi operasional, serta rencana dan tantangan penyelenggaraan KA Bandara.

Paparan terakhir yaitu dari Bapak Anggoro Triwibowo (Direktur Operasi dan Teknik, PT Railink) dengan judul ‘Evaluasi Operasional KA Bandara Soekarno-Hatta’. Bapak Anggoro memaparkan kondisi evaluasi operasional KA Bandara Soekarno-Hatta, evaluasi terutama berupa demand forecasting saat perencanaan yang tidak terpenuhi setelah pengoperasian. Meskipun demikian, banyaknya jumlah simpul moda transportasi yang beroperasi di kawasan Dukuh Atas atau Stasiun Sudirman Baru (BNI City) telah diproyeksikan sebagai peluang integrasi di antara moda tersebut. Kondisi pengoperasian mulai membaik ketika layanan KA Bandara diperpanjang menuju Stasiun Manggarai. Pembelajaran dari operasional KA Bandara dirangkum dari dua perspektif, yaitu perspektif KA Bandara di sisi kota dan perspektif sisi bandara di luar kota.

Selanjutnya, webinar dilanjutkan dengan sesi tanggapan oleh 3 penanggap. Tanggapan pertama oleh Bapak Rudy Saptari S., S.Si.T., M.T. (Kepala Bidang Perkeretaapian, Dinas Perhubungan DKI Jakarta). Beliau menanggapi mengenai kondisi latar belakang transportasi di Jakarta didasarkan atas tingginya volume perjalanan harian (+/- 35 juta perjalanan), serta rendahnya modal share yang hanya berkisar 18,5% dibanding target 60% dalam RTRW DKI Jakarta. Oleh karena itu, diperlukan perubahan pendekatan peningkatan mobilitas, yang mencakup pergeseran strategi menuju TOD, mengembalikan pejalan kaki dan pesepeda ke puncak piramida mobilitas, serta inovasi berupa integrasi seluruh moda angkutan umum di Jakarta. Bapak Rudy menyebutkan bahwa pendekatan-pendekatan tersebut telah diaplikasikan pada kawasan Dukuh Atas sebagai salah satu lokasi stasiun perhentian KA Bandara, utamanya dalam bentuk pembangunan simpang temu dan serambi temu Dukuh Atas (transport hub), serta pedestrianisasi ruas jalan.

Tanggapan kedua dari Bapak Prof. Ir. Harun Al-Rasyid S. Lubis, M.Sc., Ph.D. (Guru Besar FTSL ITB – KK Rekayasa Transportasi). Dalam tanggapannya, Profesor Harun menjabarkan beberapa kendala integrasi antarmoda dari berbagai aspek. Pertama, adalah konteks ketidaksesuaian proses perencanaan dan pengambilan keputusan (decision making) secara riil dibandingkan dengan praktik perencanaan secara teoretis. Kemudian, terdapat aspek politis dalam proses-proses itu yang sangat berpengaruh terhadap eksekusi keputusan. Terkait dengan KA bandara, beliau mengajukan pertanyaan, apakah pengembangan KA Bandara dan Bandara Soekarno-Hatta itu sendiri dilakukan secara “evolution” atau “by-design”. Kondisi seperti saat ini hanya bergantung pada evolusi dalam jangka panjang, dan sedikit intervensi sejak tahap perencanaan. Profesor Harun juga memaparkan sedikit kondisi global integrasi transportasi secara jaringan teknologi informasi, yaitu konsep MaaS (mobility as a service) dan ABT (account-based ticketing). Terakhir, dipaparkan kendala integrasi berupa pendanaan dan partisipasi stakeholder di dalamnya.

Adapun tanggapan terakhir oleh Bapak Harya S. Dillon, Ph.D. (Wakil Ketua Umum, Masyarakat Transportasi Indonesia 2022-2025). Beliau menanggapi mengenai Tanggapan Bapak Harya diawali dengan membandingkan aspek demand side dan supply side KA Bandara. Dari sisi supply, terdapat kondisi bandara sebagai simpul penting transportasi dengan ciri-ciri jauh dari pusat kota yang memiliki intensitas penduduk dan kegiatan yang tinggi, ditambah dengan Jakarta sebagai salah satu global city. Dari sisi demand, penumpang memiliki kebutuhan terhadap layanan dalam bentuk kualitas, kenyamanan, waktu (tunggu dan tempuh), keandalan, “seamlessness”, dan aksesibilitas. Selain itu, dari sisi demand terdapat faktor network effect, kompetisi antarmoda, dan segmentasi penumpang yang perlu diperhatikan. Aspek selanjutnya adalah pricing atau penentuan harga tiket, yang mempertimbangkan manfaat sosial dan kelayakan bisnis, pendapatan sisi farebox dan non-farebox, serta peran pihak-pihak regulator, operator, dan lembaga finansial. Aspek tiket ini juga ke depannya perlu memasukkan faktor kemudahan penumpang internasional yang tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Beberapa usulan yang beliau ajukan adalah perlunya pemodelan lanjut (mencakup perubahan travel behavior penumpang KA Bandara dan kompetisi antarmoda), pengembangan TOD di stasiun, fokus kepada kebutuhan penumpang, manajemen stakeholder yang harus selesai pada tahap awal integrasi, serta integrasi jadwal. Webinar kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan foto bersama.

Webinar selanjutnya akan diisi oleh Kelompok Keahlian Perencanaan Wilayah, dan Perdesaan Arsitektur (KK PWD) yang dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2023. Sampai berjumpa!

Home
Jadwal dan Acara Tautan Penting Informasi Publik