Enter your keyword

Urgensi Kajian Kebencanaan Berbasis Spasial dibahas oleh Dosen SAPPK ITB pada Program CSR Telkomsel-TERRA di Tasikmalaya

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin

Oleh : Admin

Pada hari Jum’at hingga Minggu (23-25 Mei 2025), PT Telekomunikasi Selular menyelenggarakan kembali program “Corporate Social Responsibility” di bidang kebencanaan yang bernama TERRA (Telkomsel Emergency Response and Recovery Activity). Pada program tersebut, terdapat workshop Gladian Panji Relawan TERRA yang merupakan inisiatif Telkomsel membentuk kepedulian masyarakat, khususnya para pemuda sebagai agen perubahan masa depan, serta meningkatkan kesadaran kesiapsiagaan bencana. Pelatihan ini melibatkan para narasumber dari berbagai profesi dan praktisi di bidang kebencanaan, yaitu BPBD, Basarnas, Wanadri, fotografi jurnalistik, psikososial trauma healing, sekolah relawan, PMI, penggiat pecinta alam, dan akademisi. Beberapa materi yang disampaikan di antaranya “disaster management,” “basic disaster life support,” psikososial fundamental, jurnalistik kebencanaan, mitigasi bencana dan “environmental action.” Selain itu, pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan dasar dan simulasi kesiapsiagaan bencana, seperti teknik evakuasi, pertolongan pertama, dan penyelamatan. Kegiatan yang berlangsung di Bukit Nangreu Galunggung Camp Ground, Linggajati, Kabupaten Tasikmalaya, memiliki tema, yaitu “Bersiap, Bergerak, Selamatkan-Relawan untuk Negeri.”

Pada kesempatan tersebut, Nurrohman Wijaya, Ph.D. hadir sebagai salah satu trainer pada hari Sabtu (24 Mei 2025). Beliau menyampaikan materi terkait urgensinya kajian risiko bencana dan rencana penanggulangan bencana berbasis spasial, khususnya di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya. Secara umum, beliau menjelaskan bahwa aspek kebencanaan menjadi salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana tata ruang kota. Salah satunya melalui kajian risiko bencana dan rencana penanggulangan bencana yang terintegrasi dengan rencana tata ruang perkotaan dan wilayah. Beberapa sub-topik yang dibahas diantaranya mengenai konsep risiko bencana, gambaran umum kebencanaan di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, termasuk kajian risiko bencana, rencana penanggulangan bencananya dan kaitannya dengan rencana tata ruang. Beliau menyampaikan bahwa tingkat risiko bencana dipengaruhi oleh tingkat bahaya, kerentanan, dan kapasitas yang dimiliki oleh suatu wilayah. Tingkat risiko bisa dikurangi dengan meningkatkan tingkat kapasitas dan menurunkan tingkat kerentanan. Beliau juga menyinggung terkait karakteristik topografi wilayah Tasikmalaya yang bervariasi akan mempengaruhi jenis potensi bencana yang akan terjadi. Oleh karena itu, perlunya kajian tingkat risiko bencana secara spasial, sehingga bisa diketahui jenis bencana dan lokasinya yang memiliki risiko tinggi, sedang, dan rendah sebagai bahan dasar untuk melakukan tindakan pencegahan dan antisipasi bila bahaya bencana terjadi. Selain itu, beliau menyampaikan perlunya menentukan bencana prioritas yang perlu ditangani berdasarkan tingkat risiko dan kecenderungan kejadian bencana, sehingga bisa tersusun kebijakan dan upaya pengurangan risiko bencananya.

Para peserta yang hadir sebanyak kurang lebih 55 orang, terdiri dari mahasiswa dan komunitas penggiat alam terbuka di Tasikmalaya, sangat antusias menyimak materi dan berdiskusi dengan memberikan beberapa pertanyaan. Kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat memberikan pengayaan dan peningkatan pengetahuan bagi para relawan, khususnya terkait topik risiko bencana dan upaya penanggulangan bencana di wilayah Tasikmalaya.

Dokumentasi:

Home
Jadwal dan Acara Tautan Penting Informasi Publik