Enter your keyword

Special Guest Lecture “The Challenges and Sustainable Development: Insights from Melaka, Malaysia”

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin

Oleh : Admin

“Don’t Mess with Melaka” menjadi jargon kampanye gerakan tidak membuang sampah sembarangan hingga mendorong inisiatif memilah dan mengolah sampah yang dikeluarkan oleh pemerintah Melaka, Malaysia. Tidak hanya berhenti di aspek lingkungan, kampanye ini juga mendorong aspek keamanan dan sosial lainnya dari upaya membuat kota tersebut lebih bersih dan aman.

Datuk Seri Utama Ir Ts Hj Idris bin Hj Haron yang pernah menjabat menjadi Ketua Menteri Melaka periode 2013 hingga 2018 dan Dr. Khalid bin Yusof selaku dosen senior di University of Technology MARA (UiTM) berkesempatan untuk berbagi ilmu dan pengalaman mereka dalam inisiasi gerakan hijau di Kota Melaka kepada mahasiswa dan dosen di SAPPK ITB dalam kegiatan “Special Guest Lecture: The Challenges and Sustainable Development: Insights from Melaka, Malaysia” pada Selasa, 22 April 2025 di Ruang Serba Guna, Gedung SAPPK ITB. Kegiatan ini juga dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting.

Datuk Seri Utama Idris membuka kelasnya dengan menjelaskan kewajiban manusia dalam menjaga lingkungan dan efek dari kegiatan manusia yang dapat mengakibatkan kerusakan alam. Asal usul dan maksud lahirnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) dijelaskan kembali kepada audiens untuk mengingatkan esensi dan pentingnya kesinambungan antar aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam berbagai kegiatan.

Kota Melaka yang dulunya dikenal sebagai “Venice of the East” dan menjadi pusat peradaban di Asia Tenggara pernah mengalami masa kelam dengan air sungai penuh polusi dan penumpukan kapal nelayan. Upaya rehabilitasi dan transformasi mulai dilakukan di tahun 2011 dengan menerbitkan peta biru (blueprint) “Melaka Maju Negeriku Sayang” sebagai bentuk komitmen untuk menjadikan Kota Melaka lebih hijau. Komitmen pemerintah Kota Melaka terus dilaksanakan dengan mengidentifikasi berbagai kendala, seperti rendahnya partisipasi masyarakat, minimnya aktivitas yang melibatkan pemuda, hingga keterbatasan infrastruktur.

“Untuk mewujudkan tranformasi budaya (tidak membuang sampah sembarangan dan memilahnya), diperlukan ilmu pengetahuan sebagai landasannya”
– Datuk Seri Utama Ir Ts Hj Idris bin Hj Haron, 2025

Sebagai seorang politisi dan pembuat kebijakan, Datuk Seri Utama Idris membuat “Melaka Green State Policy” yang mencakup peta jalan untuk membuat Melaka sebagai Kota Hijau. Diperlukan political willingness yang kuat dan konsisten untuk mewujudkannya.

Dr. Khalid bin Yusof dari UiTM menerangkan lebih lanjut berdasarkan penelitiannya tentang tantangan Masyarakat di Kota Melaka dalam melakukan pemilahan sampah. Beberapa tantangan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dihadapi, diperburuk dengan kemungkinan TPA di Kota Melaka yang tidak dapat lagi menampung sampah. Berdasarkan penelitian Dr. Khalid bin Yusof, terdapat empat (4) masalah utama, yaitu penegakan hukum, keterbatasan anggaran, partisipasi pemuda, dan fasilitas pengumpulan sampah.

Dr. Khalid bin Yusof menyadari keterlibatan pemerintah sangat penting dalam upaya tersebut sehingga mendorong pemerintah Kota Melaka untuk membuat ‘Program Kitar Semula: Jangan Buang, Kitar Semula’ untuk Masyarakat dapat memilah dan menukar sampah dengan uang. Menyadari UiTM memiliki empat kampus yang tersebar di sekitar Kota Melaka, maka bersama pemerintah melaksanakan program tersebut. Salah satu perhatian peningkatan program tersebut di masa mendatang adalah meningkatkan kolaborasi dan program pemberdayaan yang melibatkan berbagai elemen di masyarakat Kota Melaka.

Kegiatan ini dibuka oleh Plt. Dekan, Aswin Indraprastha, S.T., M.T., M.Eng., Ph.D. dengan moderator oleh Prof. Dr. Eng. Pradono, S.E., M.Ec.Dev. Diskusi bersama mahasiswa dan dosen berlangsung antusias. Kegiatan ditutup bersama dan penyerahan cinderamata oleh kedua institusi.  

Dokumentasi:

Home
Jadwal dan Acara Tautan Penting Informasi Publik