Belajar dari Kampung: Urbanisme Global di Lapangan
Selama sepuluh hari, mulai 3 hingga 13 Agustus 2025, sebanyak 25 peserta dari Magister Arsitektur École Nationale Supérieure d’Architecture Paris-La Villette (ENSAPLV), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), dan Universitas Soegijapranata (SCU) terjun langsung ke empat kampung kota di Bandung: Kampung Manteos, Kampung Pelangi, Kampung Bukit Jarian, dan Kampung Gandok. Kegiatan ini bertujuan memahami lebih dekat kehidupan dan dinamika ruang sosial di kampung perkotaan.
Workshop bertajuk IVC SAPPK – KKPA “Learning from Kampung” ini terinspirasi dari karya klasik Learning from Las Vegas (1972) yang kemudian diadaptasi untuk membaca dinamika kampung dari sudut pandang baru. Di bawah koordinasi Widiyani, Ph.D. (ITB) dan Jim Njoo, Ph.D. (ENSAPLV), para peserta diajak merangkai narasi tentang kreativitas dan ketahanan warga melalui berbagai media, seperti gambar, fotografi, tulisan, film, dan kumpulan cerita.
Hasil pembelajaran ini akan disajikan dalam bentuk pameran bertajuk Learning from the Kampung yang berlangsung di Institut Français d’Indonésie (IFI) pada 13–15 Agustus 2025, dengan pembukaan pada Selasa, 12 Agustus 2025 pukul 17.00. Selain itu, pada 13 Agustus 2025 para peserta juga akan kembali ke kampung-kampung lokasi studi untuk melakukan interaksi langsung dengan warga.
Melalui pendekatan pembelajaran kolaboratif, workshop ini menjadi ruang pertemuan antara mahasiswa dan masyarakat untuk bersama-sama membayangkan masa depan lingkungan. Hasil pengamatan di lapangan diolah menjadi sarana penguatan kebanggaan, agensi, dan pemberdayaan warga dalam merancang keberlanjutan. Proses ini memupuk pertukaran pengetahuan dua arah, di mana mahasiswa dan warga saling merefleksikan nilai serta identitas yang hidup di lingkungan mereka.
Keseluruhan rangkaian “Learning from Kampung” meninggalkan jejak berharga, bukan hanya bagi mahasiswa yang memperoleh pengalaman langsung di lapangan, tetapi juga bagi warga yang melihat lingkungan tempat tinggalnya diapresiasi sebagai ruang hidup yang penuh kreativitas dan ketahanan. Workshop ini membuktikan bahwa proses belajar tidak semata berlangsung di ruang kelas, melainkan tumbuh dari dialog dan kerja bersama dengan komunitas. Dari interaksi yang terjalin, lahirlah pemahaman baru tentang bagaimana kampung dapat menjadi sumber inspirasi dalam merancang ruang kota yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berakar pada identitas lokal.