Pada hari Rabu hingga Kamis (29-30 Mei 2024), Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) bekerjasama dengan Universitas Mulawarman, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, menyelenggarakan “1st International Conference on Forest City (ICFC).” Konferensi yang dihadiri sebanyak 170 peserta dan pembicara yang berasal dari akademisi serta praktisi lingkungan dan perkotaan dari 12 negara di lima benua dilaksanakan secara hybrid, baik daring maupun luring. Konferensi internasional tersebut bertujuan untuk mengkaji pemulihan keanekaragaman hayati hutan tropis dan biokultural di kawasan perkotaan dan sekitarnya. Tema ICFC adalah “Restoring Tropical Forest and Bicultural Diversity in Urban and Peri-Urban Areas” yang membahas isu-isu terkini mengenai keanekaragaman hayati serta ekologi yang dikaitkan dengan pengembangan kawasan perkotaan modern.
Pada acara tersebut, Nurrohman Wijaya, Ph.D., hadir secara daring sebagai salah satu presenter yang menyajikan studi tentang upaya peningkatan ketahanan perkotaan akibat dampak perubahan iklim di daerah pinggiran dan penyangga IKN dengan melihat peluang penerapan konsep “Sponge City” di Kota Balikpapan. Seperti banyak kota berkembang lainnya, Kota Balikpapan menghadapi tantangan pembangunan yang signifikan, terutama permasalahan lingkungan hidup yang meningkatkan risiko bencana alam, termasuk banjir dan kekeringan. Sebagai antisipasi terhadap pemindahan IKN dan dampaknya terhadap permasalahan lingkungan hidup, maka Pemerintah Kota Balikpapan perlu melakukan penyesuaian kebijakan pembangunan daerah dan tata ruang untuk menyikapi dampak tersebut melalui penerapan Sponge City. Konsep Sponge City diusulkan sebagai pendekatan berkelanjutan terhadap pengelolaan air perkotaan dengan tujuan untuk mengurangi risiko banjir, meningkatkan kualitas air, dan menciptakan lingkungan yang lebih ramah.
Studi yang bertujuan untuk menganalisis karakteristik sistem air perkotaan Balikpapan dan menyusun rencana strategis penerapan konsep “Sponge City” di Kota Balikpapan menghasilkan beberapa temuan awal, dimana status daya dukung penyediaan air bersih di beberapa daerah Kota Balikpapan telah melampaui ambang batas, khususnya di Kecamatan Balikpapan Kota, Balikpapan Tengah, dan Balikpapan Selatan. Nurrohman juga menyampaikan peta sebaran risiko banjir dan kekeringan di Kota Balikpapan yang terjadi di sebagian besar tiga kecamatan tersebut. Selain itu, beliau juga menggambarkan hasil analisis distribusi “Volume Capture Ratio” (VCR) dan analisis potential infiltrasi penyerapan air tanah. Pada akhir presentasi, beliau menyampaikan beberapa usulan alternatif berdasarkan konsep “Sponge City” yang bisa dilakukan di Kota Balikpapan, diantaranya penerapan sistem pemanenan air hujan terpadu, drainase ramah lingkungan yang berkelanjutan, perluasan daerah retensi sungai dan pembukaan kembali wilayah sungai yang terisolasi.
Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk diseminasi hasil studi dan berbagi pengetahuan dari para peserta yang hadir. Mereka juga memberikan komentar dan masukan untuk memperkuat hasil temuan penelitian ini. Studi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan dan kebijakan dalam upaya penguatan Kawasan perkotaan yang tangguh terhadap risiko dan dampak perubahan iklim di masa mendatang.
Dokumentasi: