Pada hari Senin (13 Mei 2024), Nurrohman Wijaya, Ph.D., menghadiri undangan sebagai narasumber pada kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Kajian Penerapan Sponge City di Kota Balikpapan yang diselenggarakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Kota Balikpapan. FGD yang dilaksanakan di ruangan rapat Kantor Bappeda Litbang Kota Balikpapan tersebut merupakan bagian dari kegiatan penyusunan kajian penerapan sponge city di Kota Balikpapan dengan tujuan untuk menganalisis karakteristik sistem air perkotaan dan strategi pengelolaan sumber daya air berdasarkan konsep Sponge City di Kota Balikpapan. Kajian ini merupakan hasil kerjasama Sekolah, Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB dengan Bappeda Litbang Kota Balikpapan. Tim kajian tersebut, yaitu Nurrohman W., Ph.D. selaku ketua tim, Rahmat Fadhilah, M.T. selaku ahli geologi, Dr. Suci Wulandari selaku ahli lingkungan, dan Faizal Immaddudin W.R., Ph.D. selaku ahli teknik sipil. Sedangkan, asisten tenaga ahli terdiri dari Deby Shafa Anifa, S.PWK. dan Muhammad Irfan, S.T.
Acara dimulai dengan sambutan dari Sekretaris Bappeda Litbang Kota Balikpapan. Kemudian, dilanjutkan paparan dari Bapak Nurrohman. Beliau membahas tentang tujuan kajian serta identifikasi masalah, analisis, dan temuan awal. Berdasarkan kajian awal, dampak perubahan iklim dan perkembangan Kota Balikpapan mengakibatkan potensi risiko banjir dan defisit air baku, sehingga diharapkan penerapan konsep sponge city dapat meningkatkan ketersediaan air baku di Kota Balikpapan. Konsep Sponge City menawarkan pendekatan kota berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya air perkotaan dan memberikan manfaat signifikan, termasuk pengurangan banjir, peningkatan kualitas air, serta menciptakan kawasan yang lebih ramah lingkungan. Analisis yang digunakan pada kajian ini terdiri dari telaahan kebijakan terkait, analisis spasial, termasuk tutupan lahan dan hidrogeologi, serta analisis potensi resapan air tanah.
Hasil temuan awal mengindikasikan bahwa Kota Balikpapan memiliki area kedap air yang menghambat proses infiltrasi air ke dalam tanah yang akan berdampak pada permasalahan banjir dan kekeringan karena air tidak tersimpan di dalam lapisan tanah. Sebagian besar wilayah area kedap air tersebut berada di bagian selatan dan sepanjang pesisir kawasan perkotaan yang merupakan daerah terbangun dan kondisi fisik tanah kedap air. Sedangkan, analisis potensi resapan air tanah yang berdasar pada tujuh parameter, yaitu tutupan lahan, litologi, curah hujan, jenis tanah, kemiringan, kepadatan drainase, dan kepadatan struktur tanah, diperoleh temuan bahwa Kota Balikpapan memiliki nilai yang bervariasi, dimana nilai yang tinggi akan potensi resapan air tanah berada pada Kecamatan Balikpapan Barat, Balikpapan Utara, dan Balikpapan Timur. Berdasarkan temuan awal tersebut, tim peneliti menawarkan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk Kota Balikpapan, diantaranya penerapan sistem pemanenan air hujan secara efektif, ekodrainase, peningkatan daerah retensi sungai, dan penstabilan muka air tanah. Pada akhir paparan, Bapak Nurrohman memberikan beberapa pertanyaan sebagai pemantik pada acara FGD tersebut, khususnya mengenai efektifitas program atau kebijakan yang sudah dan atau sedang berjalan terkait dengan pengelolaan sumber daya air di Kota Balikpapan, termasuk persoalan dan tantangannya.
Para peserta yang hadir pada acara FGD tersebut berasal dari beberapa organisasi pemerintah daerah, badan usaha daerah, dan akademisi. Mereka cukup antusias memperhatikan paparan dan memberikan tanggapan serta masukan. Hasil dari FGD ini akan dijadikan sebagai bahan untuk analisis lanjutan. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kontribusi pengetahuan dan keahlian para peneliti, khususnya dalam bentuk pengabdian masyarakat terkait dengan isu pembangunan dan pengelolaan lingkungan perkotaan yang berkelanjutan.
Dokumentasi: