Pada Rabu hingga Kamis (4-5 September 2024), School of Housing, Building and Planning, Universiti Sains Malaysia menyelenggarakan “International Conference on Built Environment in Developing Countries (ICBEDC 2024) ke-8” di Pulau Penang, Malaysia. Konferensi internasional tersebut bertujuan untuk mencapai pembangunan yang seimbang di seluruh sektor ekonomi, sosial, dan lingkungan ketika memasuki era revolusi industri 4.0. Selain itu, konferensi ini memfasilitasi pertukaran pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang menginspirasi para peserta dan profesional lintas disiplin ilmu, serta mendorong kolaborasi di antara para pemangku kepentingan. Tema ICBEDC 2024 adalah “Integrasi Teknologi dan Nilai-Nilai Kemanusiaan untuk Masa Depan yang Berkelanjutan.” Partisipasi pada konferensi tersebut memperoleh dukungan pendanaan sebagian dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB (SAPPK1.PN-6-08-2024).
Pada kegiatan tersebut, Nurrohman Wijaya, Ph.D., hadir sebagai salah satu presenter yang menyajikan studi tentang faktor-faktor berpengaruh pada wisatawan dalam melalakukan wisata jalan kaki (“walking tour”) di kawasan pariwisata perkotaan Bandung. Studi tersebut merupakan pengembangan hasil tugas akhir dari Maulia Wijayati, S.T. Berdasarkan data UNWTO, pertumbuhan pariwisata diperkirakan akan terus berlanjut selama 20 tahun ke depan dan memberikan tekanan terhadap sumber daya alam, sehingga diperlukan pendekatan pariwisata berkelanjutan. Salah satu strateginya yaitu melalui wisata jalan kaki, dimana menjadi cara berwisata yang ramah lingkungan dan memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat. Penelitian ini berfokus pada kegiatan wisata jalan kaki di Bandung sebagai kota tropis dengan berbagai potensi wisata, seperti bangunan bersejarah dan arsitektur art-deco.
Hasil studi memperlihatkan bahwa berpartisipasi dalam kegiatan wisata jalan kaki dapat menimbulkan rasa senang, tenang, dan rasa kebersamaan selama berjalan kaki karena adanya interaksi dalam kelompok wisata jalan kaki dan perilaku ramah masyarakat setempat. Strategi yang dapat mengoptimalkan variabel faktor pendorong dan penarik adalah dengan memperbanyak pepohonan dan ruang terbuka hijau di sepanjang rute, melibatkan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat, untuk mewujudkan konsep pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan dalam wisata jalan kaki. Strategi optimalisasi lainnya adalah mengaktifkan kembali aplikasi informasi tentang bangunan cagar budaya dan menggunakan video sejarah yang ada atau film pendek yang dibuat oleh dinas atau masyarakat untuk membantu memvisualisasikan cerita, pembinaan rutin bagi penyedia layanan pariwisata, dan membuat acara-acara menarik menggunakan wisata jalan kaki untuk promosi.
Para partisipan yang hadir menyimak dan memberikan tanggapan terhadap hasil studi yang disampaikan oleh Nurrohman W., Ph.D. Secara keseluruhan, kegiatan tersebut berjalan dengan baik. Harapannya, hasil studi ini bisa memperkaya pengetahuan dan pemahaman terkait pariwisata perkotaan berkelanjutan. Slain itu, studi ini bermanfaat bagi para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan yang terkait, serta pembelajaran dalam upaya mewujudkan pariwisata kota berkelanjutan di daerah perkotaan lainnya.
Dokumentasi: