Pada hari Kamis, 6 Juli 2023, pukul 09.00-12.00 telah diselenggarakan Webinar SAPPK #4 Sustainable Development in Built Environment dengan tema khusus dari Kelompok Keahlian Perencanaan Wilayah dan Perdesaan (KK PWD) – SAPPK ITB yakni ‘Refleksi Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dari Perspektif Lingkungan dan Kelembagaan’. Webinar ini dilakukan dalam format hybrid dengan bertempat di Ruang Seminar Labtek IXA SAPPK ITB. Webinar diikuti oleh kurang lebih 158 peserta, antara lain peserta dari pihak internal dosen SAPPK ITB, mahasiswa S1-S3 dari dalam dan luar ITB, serta stakeholders luar seperti Direktorat LHPB OIKN, Kementerian PUPR, Kementerian ATR/BPN, Kementerian PPN/Bappenas, Balitbangda Kota Kupang, Puslatbang KDOD LANRI, Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak, BRIN, dan masih banyak lagi.
Webinar dibuka dengan sambutan dan perkenalan KK dari Ketua KK PWD SAPPK ITB, Prof. Ir. Djoko Santoso Abi Suroso, Ph.D, dan dilanjutkan dengan sambutan dari Dekan SAPPK ITB, Ibu Prof. Dr. Sri Maryati, S.T., M.I.P. Adapun paparan dan diskusi kemudian dibuka oleh moderator, yakni Bapak Ir. Tubagus Furqon Sofhani, M.A., Ph.D. (Dosen KK PWD ITB). Terdapat 4 narasumber yang berpartisipasi pada webinar ini. Webinar dibagi menjadi 2 sesi dengan masing-masing 2 pemateri dan sesi tanya-jawab.
Pemateri pertama ialah Bapak Prof. Bambang Brodjonegoro, S.E., M.U.P., Ph.D. (Guru Besar FEB UI) dengan judul paparan ‘Tantangan Kebijakan dan Tata Kelola Pembangunan IKN menuju Sustainable dan Smart City’. Poin dari paparan beliau adalah mengapa Ibu Kota harus pindah dan apa yang diharapkan dari kota ini kedepannya. Beberapa alasan dasar dibalik pindahnya Ibu Kota dari Jakarta diantaranya kemacetan tinggi dan rawan terhadap banjir tahunan, tanah turun dan muka air laut naik. Permasalahan ini akan dijadikan pembelajaran dimana ketika kita membangun kota dari nol (yaitu pembangunan IKN), kita akan punya kota yang menjadi standar ideal bagi pembangunan kota lain di Indonesia. IKN mengusung visi sebagai kota paling berkelanjutan di dunia yang didukung smart infrastructure and connectivity. Adapun penerapan aspek berkelanjutan dan cerdas pada IKN adalah forest city, sponge city, smart city, dan circular city. Terakhir, beliau menjelaskan mengenai transformasi cara bekerja di IKN untuk membentuk new attitude, new behavior, dan new system.
Materi kedua disampaikan oleh Bapak Dr. Ir. Andang Bachtiar, M.Sc. (Dosen Teknik Geologi UNDIP) dengan paparan yang berjudul ‘Geologi IKN: Daya Dukung Lingkungan Fisik & Aspek Hazard’. Secara umum, Pak Andang menjelaskan bagaimana pentingnya melihat apa yang kita pijak dan di dalam buminya. Terkait daya dukung fisik IKN, disana masih minim akifer air tanah (sumber air baku), lempungnya mengembang, serta longsor yang bidangnya lemah patahan (patahan naik) dan kemiringan lereng tinggi. Jika dilihat dari geology hazard IKN, akan ada banjir, rob, kualitas air permukaan; gunung lumpur; eksplorasi dan produksi migas dan tambang batu bara; kebakaran hutan; hingga tsunami. Pak Andang juga menjelaskan mengenai peran badan geologi ESDM yang tidak signifikan dalam perencanaan dan eksekusi pembangunan.
Paparan ketiga disampaikan oleh Bapak Saut Aritua Hasiholan Sagala, S.T., M.Sc., Ph.D. (Dosen SAPPK ITB – KK PWD) dengan judul materi “Sustaining Resilient City Approach: Implication to a Capital City”. Secara umum, Pak Saut lebih menekankan mengenai resilient city yang memasukkan unsur lingkungan, ekonomi, society, dan tata kelola dapat terjadi di IKN. Dalam konteks risiko, terdapat unsur kerentanan di dalamnya dimana salah satu hal penting yang perlu dipertimbangkan adalah tingkat urbanisasinya. Pak Saut juga menyebutkan bahwa salah satu tantangan dalam pembangunan IKN ini adalah aspek behavior (penekanan) dimana masyarakatnya juga harus siap untuk menjadi global citizen terutama dari unsur lingkungan. Dalam kesimpulannya, disebutkan bahwa secara umum kota-kota di Indonesia mengalami tantangan karena perkembangan kerentanan, perubahan iklim, urbanisasi dan perkonomian dimana kita masih tidak kuat dalam hal monitoring dan evaluasi dari zoning yang ada. Dari sisi IKN secara khusus, bagaimana melindungi dan memperkuat lingkungan salah satunya yaitu dengan penyediaan dan regulasi pada infrastruktur hijau. Terakhir, beliau menyebutkan bahwa ruang kota adalah sistem yang dinamis dimana monitoring dan evaluasi menjadi hal yang sangat penting dalam menjawab tantangan spasial di Indonesia.
Paparan terakhir yaitu dari Bapak Prof. Dr. Delik Hudalah., S.T., M.T., M.Sc (Dosen SAPPK ITB – KK PWD) dengan judul ‘Building a Capital City, Carving Out Legacies?’. Secara umum, Bapak Delik memaparkan bagaimana siginifikansi legacy politik sebagai salah satu motivasi yang biasanya tersembunyi ketika ada ambisi pembangunan mega-project seperti IKN. Beliau menjelaskan bahwa IKN ini dapat menjadi ‘specific brand’ atau ‘true legacy’ untuk kelompok yang berkontribusi dalam membangunnya. Jika dilihat dari tantangannya, beberapa diantaranya adalah bagaimana mentransformasikan legacy yang cenderung individual atau group-oriented menjadi collective legacy; bagaimana meningkatkan transparansi, inklusi, dan demokrasi yang representatif; serta bagaimana meningkatkan proses micro-institutional mechanisms. Webinar kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan foto bersama.
Webinar selanjutnya akan diisi oleh Kelompok Keahlian Teknologi Bangunan (KK TB) yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2023. Sampai berjumpa!