Pada hari Senin hingga Jumat (26-30 Agustus 2024), tim Pengabdian Masyarakat (PM) dari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB telah melakukan kegiatan lapangan di dua kelurahan (Siwalima dan Galai Dubu) yang terdapat di Pulau Warmar, Kecamatan Pulau-Pulau Aru, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Kegiatan PM ini berjudul: Peningkatan Kapasitas Masyarakat Desa Kepulauan dalam Identifikasi Potensi Lokal menggunakan “Participatory Rural Appraisal” di Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku (SAPPK1.PM-8-07-2024), dan memperoleh dukungan pendanaan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB serta pihak mitra pemerintah daerah. Anggota tim kegiatan PM ini terdiri dari Nurrohman Wijaya, Ph.D. selaku ketua tim, dibantu oleh Alhilal Furqon, Ph.D., dan empat mahasiswa MBKM, yaitu Anggra Eni Saepa, Muhammad Aziz Zarkasya Ramdani, Anisa Fazara, dan Qori Ila Taqiyya Susanto. Tujuan kegiatan PM ini adalah untuk meningkatkan kapasitas masyarakat secara “bottom-up” melalui pendekatan “Rapid Participatory Rural Appraisal,” khususnya dalam memaksimalkan upaya identifikasi isu dan potensi lokal bagi masyarakat desa kepulauan.
Pada hari Selasa (27 Agustus 2024), tim melakukan pengumpulan data primer untuk memperkuat hasil awal dari analisis data sekunder, berupa kegiatan observasi lapangan dan wawancara ke beberapa pelaku kepentingan, di antaranya para nelayan, penjual di pasar rakyat, petani lokal, pengrajin mutiara, dan aparat desa. Secara umum, hasil pengumpulan data primer tersebut menyimpulkan bahwa potensi perikanan di perairan Aru sangat melimpah dan potensi iklim dan lahan pertanian yang cocok untuk ditanami oleh sayuran dan buah-buahan, serta potensi wisata berbasis alam dan budaya, dan juga potensi UMKM berupa kerajinan mutiara. Namun, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi di antaranya rendahnya pemberdayaan dan pelatihan bagi nelayan, terbatasnya teknologi pertanian, status kepemilikan lahan pertanian, dan budidaya kerang mutiara yang menurun.
Hasil temuan awal tersebut kemudian kami lanjutkan dengan kegiatan FGD bersama para aparat pemerintah kabupaten pada hari Rabu (28 Agustus 2024) yang dilaksanakan di ruang pertemuan di Kantor Bapelitbang Kabupaten Kepulauan Aru untuk melakukan konfirmasi dan masukan program yang sedang dan akan dilaksanakan ke depan. Ada beberapa tanggapan terkait permasalahan yang ada di antaranya masih terbatasnya pemberdayaan dan sosialisasi yang diberikan kepada nelayan, namun pemerintah daerah sudah mengalokasikan dana dan bantuan alat tangkap, mesin, dan perahu bagi para nelayan, walaupun masih ada yang kurang tepat sasaran. Sedangkan, dari sektor perikanan, Dobo masih memiliki branding penghasil mutiara yang berkualitas walaupun budidaya kerang mutiara sudah menurun. Potensi ini bisa dikembangkan dengan penguatan para pengrajin mutiara dan penyuplaian mutiara dari daerah lain. Selain itu, diversifikasi produk perikanan di antaranya ikan balobo bisa menjadi alternatif pengembangan.
Berdasarkan hasil survei primer dan FGD, kemudian kami lanjutkan dengan kegiatan lokakarya pada hari Kamis (29 Agustus 2024) menggunakan pendekatan pemetaan sosial (“social mapping”) oleh masyarakat dari dua kelurahan. Acara dimulai dengan sambutan dari Bapak Nurrohman W., Ph.D. selaku ketua tim dengan memberikan pengantar dan maksud kegiatan workshop, kemudian dilanjutkan oleh Anisa dan Qori yang membahas mengenai penjelasan teknis singkat mengenai pemetaan sosial dan contohnya. Selanjutnya peserta dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok terdapat fasilitator dari mahasiswa MBKM yang memandu dan mendampingi pelaksanaan pemetaan sosial tersebut, khususnya pendalaman mengenai tantangan dan permasalahan yang dihadapi di wilayah masing-masing, potensi yang dimiliki di wilayah studi, serta harapan ke depan. Kemudian, setiap kelompok melalui perwakilannya melakukan presentasi hasil diskusinya.
Rangkaian kegiatan PM ini dapat berjalan dengan lancar dan para pemangku kepentingan dan peserta lokakarya sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Secara tidak langsung, kegiatan ini telah membangun pemahaman dan kesadaran para peserta terhadap urgensinya pendekatan partisipatif dalam menemukenali isu dan permasalahan secara bottom-up dan melakukan konfirmasi kepada para pemangku kepentingan yang terkait, sehingga dapat dihasilkan potensi lokal yang sesuai dengan konteks daerahnya dalam upaya pengembangan wilayah yang lebih baik di masa mendatang.
Dokumentasi: