Enter your keyword

Nadia Kartikasari, Wisudawan Terbaik Sarjana SAPPK ITB

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin

BANDUNG, itb.ac.id – Nadia Kartikasari patut berbangga. Pasalnya, mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) angkatan 2014 ini berhasil menjadi lulusan terbaik Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB pada Wisuda Ketiga Tahun Akademik 2017/2018 di Sabuga, Sabtu (21/7/2018) lalu. “Alhamdulillah IPK saya 3,74. Senang rasanya akhirnya usaha selama ini membawa hasil yang baik,” ungkapnya.

Wanita kelahiran Jakarta, 24 Agustus 1997 silam ini sejak lama telah mendambakan untuk menjadi mahasiswa di ITB. Akhirnya, setelah lulus dari SMAN 8 Jakarta pada 2014, ia memantapkan hati untuk memilih SAPPK ITB dan memilih Perencanaan Wilayah Kota.

“Ayah dan kedua kakak saya juga berkuliah di ITB. Mungkin motivasi untuk masuk ITB karena dari keluarga,” tuturnya.
Selama kuliah di ITB, gadis asal Jakarta ini menjelaskan bahwa kunci utama untuk memperoleh hasil maksimal dalam ujian adalah selalu mendengarkan dosen di kelas. “Saya bukan tipe yang suka mencatat karena saya lebih cepat untuk menyerap materi dengan cara mendengarkan. Maka dari itu saya suka dengarkan dosen di kelas dan seminggu sebelum ujian datang saya usahakan untuk review materi lalu diskusi dengan teman-teman,” ungkapnya.

Dibawah bimbingan Dr. Denny Zulkaidi, Nadia sukses menyelesaikan tugas akhir yang bertemakan penilaian kinerja cluster kreatif Dago, Kota Bandung. Lokasi itu dipandang sebagai kawasan kreatif dalam bidang fashion dan kuliner.

“Hasil akhir dari kegiatan saya yaitu bentuk rekomendasi ke para pelaku ekonomi berupa saran untuk bertahan dalam berbisnis dan rekomendasi ke pemerintah untuk membuat kebijakan yang tepat dalam mengembangkan wilayah Dago,” terangnya.

Tak hanya berkutat di bidang akademis, pada 2016 ia sukses meraih juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah yang diadakan oleh Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro.

Nadia juga aktif dalam kegiatan himpunan. Dia bercerita, selama belajar di ITB kendala terbesar yang dihadapi berasal dari dalam diri. “Seperti kebiasaan menunda pekerjaan,” katanya. Saat ditanya mengenai sosok yang memotivasi untuk terus berprestasi, Nadia dengan antusias menjawab sosok itu adalah ayah .

“Ayah selama ini selalu mendukung dan memfasilitasi saya. Misalnya sejak kecil saya tidak diperbolehkan untuk membeli komik namun untuk bacaan yang memiliki konten ilmu ayah saya selalu memperbolehkan membeli bacaan tersebut,” kenangnya.

Selepas lulus S1, Nadia berencana untuk menjadi konsultan di daerah asalnya. “Keberadaan planner (lulusan PWK) sangat dibutuhkan untuk perkembangan Indonesia khususnya Jakarta. Menjadi planner juga dapat mengabdi untuk masyarakat dalam mewujudkan kota yang ramah untuk semua kalangan,” ungkapnya bahagia.

Nadia berpesan untuk semua mahasiswa ITB yang masih berkuliah, agar senantiasa memanfaatkan waktu dan kesempatan selama menjadi mahasiswa, menerapkan keilmuan dengan baik, jangan lupa melihat realita di masyarakat sehingga nanti setelah lulus tahu harus berbuat apa untuk berguna bagi sekitar.

Reporter : Billy Akbar Prabowo

Home
Jadwal dan Acara Tautan Penting Informasi Publik