Enter your keyword

Webinar SAPPK 2025 – Series #2: “Dutch East Indies Architecture”

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin

Oleh : Admin

Bangunan peninggalan Hindia Belanda masih dapat dengan mudah ditemukan di berbagai sudut Kota Bandung. Beberapa bangunan tersebut memiliki akar sejarah yang kuat di Kota Bandung yang dulunya pernah menjadi Ibu Kota Hindia Belanda. Robert Jan de Kort, seorang arsitek dan kritikus dari Belanda, membagikan pandangannya tentang bangunan-bangunan pada masa Hindia Belanda pada kegiatan Webinar KK Sejarah, Teori, dan Kritik Arsitektur, salah duanya tentang desain rumah galeri (gallery house) dan pendopo.

Rumah galeri pada masa Hindia Belanda dengan yang ada di Belanda sendiri memiliki beda bentuk dan fungsi. Galeri yang merupakan bagian dari area di luar ruangan sebuah rumah juga melekat pada flat/apartemen dan ini menjadi tipologi tempat tinggal yang bisa ditemui pada tahun 1930-an di Belanda. Kakek dan nenek Robert yang pernah tinggal di masa Hindia Belanda menggunakan galeri untuk menerima tamu sebelum mengundangnya masuk ke rumah.

Pada abad ke-17 hingga ke-18, bangunan rumah yang dibangun di Hindia Belanda merupakan tipe rowhouse dengan karakteristik fasad panjang, paparan sinar matahari langsung, dan tipe atap yang memerangkap kelembaban, sehingga tidak cocok untuk iklim tropis dan mengakibatkan banyak orang Belanda meninggal pada masa itu. Di sisi lain, bangunan pendopo juga banyak ditemukan di abad ke-18 yang memiliki fungsi sebagai untuk menyambut tamu dan kegiatan seremonial.

“Bangunan pendopo merupakan cara pragmatis dalam menangani tantangan iklim pada masa itu”. – Robert Jan de Kort, 2025

Ada pula pendopo yang terkoneksi dengan rumah. Pada abad ke-19, rumah tjitrap memiliki tiga galeri dengan desain yang berbeda dari abad sebelumnya. Galeri ditemukan di area samping, dalam dan depan rumah. Desain rumah galeri ditemukan bertahan hingga awal abad ke-20 walaupun kemudian mulai mengadopsi gaya rumah Eropa. Pada abad ke-20, melihat rumah kakek nenek Robert di kota Surabaya, sudah tidak ditemukan galeri di bagian depan rumah namun di bagian samping rumah dibangun teras/patio.

“Walaupun rumah galeri sudah tidak lagi ditemukan di bangunan sekarang, namun masih relevan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan harga listrik yang mahal. Beberapa warga di Belanda ditemukan membuka tenda atau atap di samping rumahnya (yang hampir mirip dengan galeri) untuk bisa mendapatkan angin sejuk di pagi hari di musim semi”. – Robert Jan de Kort, 2025

Berbeda dengan Robert, Dr. Eng. Arif Sarwo Wibowo, S.T, M.T., memberikan materi tentang bangunan-bangunan Hindia Belanda yang dulunya berfungsi sebagai sekolah dan banyak ditemukan di Kota Bandung. Dr. Arif melakukan penelitian dan dokumentasi terhadap bangunan sekolah tersebut dan menemukan sekitar tujuh bangunan yang saat ini masih ada dan dijaga, diantaranya HIS Schools di Braga, ELS Braga di jalan Braga, ELS Tjikapundung dekat sungai Cikapundung, HBS Bandung yang saat ini menjadi SMA Negeri 3 dan 5 Bandung, Technische Hoogeschool te Bandung yang saat ini dikenal sebagai ITB, Taman Siswa di Ciateul, dan Kweekschool yang sekarang menjadi bagian dari Kampus UPI Bandung. Upaya reservasi dilakukan melalui dokumentasi dan pembuatan peta gedung dari bangunan-bangunan tersebut.

Pemateri ketiga, Bintan Haya, S.Ars, M.Ars, menyampaikan penelitiannya tentang bangunan hunian Hindia Belanda di Jl. R. E. Martadinata. Dari penelitiannya ditemukan pergeseran fungsi kawasan yang saat ini menjadi kawasan perlindungan heritage yang berfokus pada pariwisata dan kuliner serta sebagai kawasan pusat perdagangan dan jasa. Bintan mengidentifikasi karakter arsitektur di sekitar Jl. R. E. Martadinata dan menemukan tidak semua bangunan berkarakteristik Hindia Belanda di kawasan tersebut masuk pada perda Bandung no. 7 tahun 2018 mengenai cagar budaya. Temuan utama dalam penelitiannya adalah karakteristik bangunan yg dulunya berfungsi sebagai bangun hunian memiliki ciri beradaptasi dengan cuaca tropis yang dilihat dari desain atap dan sebagian besar bangunan memiliki ciri simetri dengan empat tipe fasad yang digolongkan berdasarkan bahan material yang digunakan.

Kegiatan Webinar KK Sejarah, Teori, dan Kritik Arsitektur (STKA) dilaksanakan pada 24 April 2025 secara hybrid, yakni di Ruang Seminar lantai 2 Gedung Labtek IX-A ITB dan Zoom meeting. Kegiatan dibuka oleh Prof. Dr. Himasari Hanan, M.A.E. selaku ketua KK STKA dan moderator acara, dihadiri Aswin Indraprastha, S.T., M.T., M.Eng., Ph.D. selaku Plt. Dekan SAPPK ITB dan beberapa dosen serta mahasiswa SAPPK. Sebagian besar peserta webinar dihadiri oleh mahasiswa yang berasal dari luar ITB. Hal tersebut menunjukkan antusiasme publik terhadap topik webinar terserbut.

Documentation:

Home
Jadwal dan Acara Tautan Penting Informasi Publik