Pada tanggal 23 Juli 2020, telah berlangsung Seminar Online SAPPK dari pukul 09:00 hingga 11:04 WIB dengan judul, “Arsitektur & Pandemi: Perubahan Perilaku Rutin pada Gen Y & Gen Z.” Acara ini dilakukan secara daring melalui kanal Zoom yang dihadiri 129 peserta serta disiarkan secara langsung melalui Youtube. Pada acara yang dimoderatori oleh Medria S.R., ST., MT., Ph.D ini, terdapat dua pembicara dan satu pembahas. Pembicara 1 adalah Zahrotur R Hinduan, MOP, Ph.D., Psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran; pembicara 2 adalah Widiyani, ST., MT., Ph.D dari Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur SAPPK ITB; sementara pembahas adalah Ir. Baskoro Tedjo, M.SEB., Ph.D yang juga berasal dari Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur SAPPK ITB.
Acara dibuka dengan sambutan oleh Dekan SAPPK ITB, Dr. Sri Maryati, ST, MIP. Ibu Dekan menyapa seluruh panelis dan peserta yang bergabung, baik melalui kanal Zoom maupun Youtube. Beliau berharap Seminar Online SAPPK selalu dapat hadir dengan tema segar dan relevan, serta memperkaya khazanah ilmu di bidang arsitektur, perencanaan, pengembangan kebijakan, maupun disiplin ilmu lain.
Selanjutnya, moderator menjelaskan tata tertib pelaksanaan acara yang harus ditaati oleh peserta Seminar Online SAPPK 2020. Moderator juga memberikan perkenalan singkat tentang peta jalan penelitian, research interest, dan anggota KK Perancangan Arsitektur yang menjadi tuan rumah Seminar Online kali ini.
Sesi pertama diisi oleh Ir. Baskoro Tedjo, M.SEB., Ph.D sebagai pembahas. Beliau memberikan pengantar tentang kaitan erat antara arsitektur dan perilaku, serta betapa pentingnya menjadikan perilaku sebagai dasar dari sebuah perancangan. Berikut poin-poin penting yang disampaikan dalam sesi tersebut:
- Arsitektur terdiri dari wadah dan isi. Isi adalah kegiatan; wadah memfasilitasi kegiatan yang berlaku. Arsitektur menggabungkan wadah dan isi ini.
- Perilaku kadang tidak disadari oleh arsitek dalam merancang. Karena, tidak seperti kegiatan yang jelas terlihat, perilaku kadang tidak nampak dan tidak terduga.
- Makin lama, respons manusia makin kompleks. Maka itu, arsitek harus berkolaborasi dengan bidang keilmuan lain untuk mengerti perilaku manusia dalam berarsitektur. Multidisciplinary approach ini adalah kata kunci perancangan di masa depan.
- Pandemi yang terjadi sekarang ini menjadi stimulus terbesar yang harus direspons oleh manusia, maka arsitek harus mempelajari fenomena perubahan perilaku yang terjadi untuk menjadi dasar perancangan. Jangan sampai arsitektur yang akan mewadahi kegiatan di masa pandemi tidak mencerminkan perilaku user dalam merespon pandemi itu sendiri.
- Di zaman ini pun, kita tidak bisa melihat user sacara homogen. Salah satu cara mengerti karakteristik yang berbeda dalam demografi user adalah dengan mempelajari kluster generasi: Generasi X, Y, Z, dan bahkan Baby Boomer.
Sesi kedua dibawakan oleh Zahrotur R Hinduan, MOP, Ph.D., Psikolog dengan pemaparannya tentang Karakter Generasi Y dan Generasi Z. Sebagai psikolog yang fokus pada behavorial intervention Generasi Y dan Generasi Z, beliau menjelaskan bahwa terdapat karakteristik yang distinctive pada kedua generasi ini dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Berikut poin-poin penting dari presentasi beliau:
- Generasi adalah sekelompok orang yang lahir pada rentang waktu yang sama, tempat yang sama, dan mengalami significant live event yang sama: Baby Boomers (tahun 45-64), Generasi X (tahun 65-80), Generasi Y/Millenials (tahun 80-94), Generasi Z (tahun 95-20).
- Significant shared events adalah kejadian-kejadian besar yang menimpa sebuah tempat/waktu dan bisa dirasakan oleh satu generasi yang hidup di ruang/waktu tersebut. Kejadian ini bisa dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, political events, dan idealisme hidup. Dalam beberapa contoh yang diamati, significant events dapat membentuk perilaku generasi.
- Perilaku ini kemudian membentuk “karakteristik generasi”. Generasi Y dicap sebagai job hoppers, output oriented, self oriented, dan well educated. Sementara itu, Generasi Z dianggap tech-savvy, global minded, more-me oriented, dan memiliki attention span yang sangat pendek.
- Karakteristik menentukan phsycological capital dan preferensi setiap generasi dalam menjalankan rutinitas sehari-hari.
Sesi ketiga disambung dengan pemaparan dari Widiyani, ST., MT., Ph.D yang menceritakan tentang risetnya yang sedang berjalan, berjudul, “Arsitektur & Pandemi: Perubahan Perilaku Rutin pada Gen Y & Gen Z.” Dengan latar belakang penambahan waktu yang dihabiskan di rumah secara signifikan dan tiba-tiba selama masa pandemi, penelitian ini ingin melihat bagaimana responden menghabiskan waktu normal baru dan dampak perubahan perilaku rutin ini khusunya pada tempat tinggal.
Memakai metodologi analisa deskriptif, penelitian ini mendapatkan data lewat kuisioner daring yang diisi oleh 275 responden yang tergolong Generasi Y dan 189 responden yang masuk ke dalam Generasi Z. Pertanyaan sendiri meliputi: kepuasan akan rumah tinggal, perasaan nyaman di rumah, keinginan untuk mengubah perilaku, serta keinginan untuk mempertahankan perilaku saat ini setelag pandemi berakhir.
Temuan dari penelitian ini sangat luas, dari hal peningkatan/penurunan pengeluaran harian, produktivitas, kegiatan di luar rumah, kenyamanan di dalam rumah, berbelanja, hiburan makan, hiburan menonton, berolahraga, berkomunikasi, hingga tentang luasan ruang yang ada/dibutuhkan. Dari data-data ini, berikut kesimpulan yang dapat diambil:
- Gen Z lebih tertib dari Gen Y dalam bekerja di rumah.
- Gen Y merasa lebih nyaman bekerja di rumah daripada Gen Z.
- Gen Y dan Z lebih senang berkunjung ke toko offline untuk berbelanja. Ini berarti retail masih belum tergantikan dengan online marketplace.
- Gen Y lebih berhemat saat WFH, sementara Gen Z tidak terlalu mengurangi frekuensi belanja yang sebelumnya memang tidak tinggi.
- Hiburan makan lebih banyak dilakukan Gen Y daripada Gen Z, namun penurunannya sampai 53% pada weekday dan 25% di weekend.
- Olahraga menurun 25% untuk outdoor, namun meningkat 1.3-1.6x untuk indoor. Rata-rata menyatakan nyaman berolahraga dari rumah.
- Gen Y dan Z tidak nyaman bersosialisasi di rumah. Ini berarti masih ada kesempatan untuk café and F&B retail untuk tumbuh.
- Gen Z lebih banyak yang ingin mempertahankan perilaku saat ini di kemudian hari daripada Gen Y.
- Perubahan perilaku ini dapat menjadi rujukan fungsi yang dapat diwadahi arsitektur di masa depan.
- Penelitian ini bagaimanapun masih berjalan dan belum sempurna. Limitasi yang dihadapi antara lain berkaitan dengan responden yang bias kelas (harus bisa mengakses internet untuk mengisi kuisioner online), belum sepenuhnya representatif (mayoritas responden berdomisili di Pulau Jawa), serta pertanyaan yang masih terlalu luas sehingga sulit diteliti sebab-akibatnya. Namun, riset ini dapat dikembangkan menjadi lebih rinci dengan rencana sebagai berikut:
- Mempelajari variabel apa yang menentukan dalam perubahan perilaku.
- Menyelidiki hubungan antara kepuasan rumah, durasi WFH, dan generasi.
- Menyelidiki hubungan antara kenyamanan perubahan perilaku rutin akibat WFH dan generasi.
- Mempelajari sejauh mana keinginan untuk mempertahankan perubahan perilaku rutin dengan demografi.
- Melihat apakah ada hubungan antara perbedaan sikap diam di rumah (tidak bepergian) dengan lokasi tempat responden berada
Setelah dua pemaparan rampung, moderator membuka sesi tanya-jawab kepada peserta. Karena keterbatasan waktu, hanya tiga dari 15 pertanyaan yang berhasil dijawab secara live. Pertanyaan meliputi: seberapa signifikan pengelompokan generasi ini bisa dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan sebagai pengajar, cara menyatukan karakteristik berbagai generasi dalam proses mendesain arsitektur, hingga bagaimana arsitektur harus merespon perubahan perilaku Gen Y dan Z akibat Covid. Pembicara dan pembahas mengutarakan opini yang beragam secara bergantian dalam usaha menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.
Acara pun ditutup dengan closing statement dari Ir. Baskoro Tedjo, M.SEB., Ph.D yang menekankan pentingnya konsep “resiliensi” dalam menghadapi perubahan, baik perubahan fisik maupun perilaku. Ia mengingatkan bahwa arsitek harus bertanggung jawab untuk membangun resillient environment, phsycologically dan physically, sehingga user tahan mengalami disrupsi apapun, termasuk pandemi. Tidak hanya bagi arsitek, untuk dosen pun, resiliensi ini sangat penting karena pengajar harus terus menyesuaikan diri dengan generasi yang diajarkan. Maka itu, mengetahui perilaku dan karakteristik generasi serta perubahan yang terjadi menjadi sangat penting dalam menyiapkan kita untuk menghadapi perancangan/pengajaran di masa depan.
Sampai jumpa di Seminar Online SAPPK sesi selanjutnya!