Enter your keyword

Mahasiswa Prodi Magister Perencanaan Kepariwisatan SAPPK ITB Melaksanakan Kunjungan Studi ke Thailand dalam Rangka Pembelajaran Perencanaan Destinasi Pariwisata Berbasis Warisan Budaya

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin

Oleh : Admin

Pada tanggal 21-25 Juli 2025, mahasiswa Magister Perencanaan Kepariwisataan (MPK) dari Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB melaksanakan kunjungan studi ke Thailand, tepatnya ke Bangkok dan Ayutthaya. Kegiatan ini merupakan bagian dari mata kuliah Perencanaan Destinasi Pariwisata Berbasis Warisan Budaya yang bertujuan memperkaya pemahaman mahasiswa tentang pengelolaan dan pengembangan kawasan bersejarah sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan. Kunjungan ini didampingi oleh dosen pengampu, Dr. Bagas Dwipantara Putra.

Pada tanggal 22 Juli 2025, rombongan mengunjungi kampus Thammasat University di kawasan Rangsit. Di sana berlangsung perkenalan informal antara mahasiswa MPK ITB dan civitas akademika Thammasat. Suasana hangat ini menjadi pintu masuk untuk saling berbagi latar belakang akademik, filosofi pendidikan, dan ketertarikan terhadap pariwisata berbasis warisan budaya.

Di Bangkok, mahasiswa juga melakukan kunjungan ke kawasan One Bangkok, sebuah megaproyek mixed-use yang menjadi simbol integrasi antara pembangunan modern dan keberlanjutan. Di lokasi tersebut ditemukan fondasi-fondasi bangunan kuno, yang kemudian dijadikan mini museum terbuka. Fondasi-fondasi ini dipertahankan dan dipamerkan sebagai bagian dari interpretasi warisan budaya perkotaan di tengah perkembangan modern. Mahasiswa mencermati bagaimana aspek arkeologi di perkotaan dapat direkonkili dengan perencanaan kawasan modern tanpa menghapus nilai historisnya.

Selain itu, mahasiswa turut mengunjungi Wat Arun, salah satu ikon budaya paling terkenal di Bangkok. Kuil yang berdiri megah di tepi Sungai Chao Phraya ini menjadi contoh bagaimana warisan arsitektur dan spiritual tetap relevan sebagai daya tarik wisata utama kota. Pengalaman di Wat Arun menambah perspektif tentang bagaimana warisan budaya dapat dikelola dengan tetap mempertahankan nilai religius, estetis, dan fungsionalnya secara berimbang.

Fokus utama studi lapangan rombongan berada di Ayutthaya. Ayutthaya, sebagai bekas ibu kota Kerajaan Siam dan situs UNESCO, menjadi laboratorium nyata bagi pembelajaran perencanaan destinasi bersejarah. Di Wat Phra Si Sanphet, mereka mengamati struktur arsitektur kuil kerajaan serta bagaimana tata ruang spiritual dibingkai menjadi destinasi wisata yang autentik. Diskusi mengarah pada pentingnya menjaga integritas struktur sambil tetap memfasilitasi akses publik.

Setelahnya, mereka menuju Wat Yai Chaya Mongkol yang dikenal dengan stupa tinggi dan jajaran patung Buddha yang megah. Di sini mahasiswa belajar tentang sinergi pelestarian warisan dengan pelibatan komunitas lokal, bagaimana peran warga sekitar menjaga nilai estetika spiritual tanpa menjadikan situs sekadar komoditas wisata.

Sesi kunjungan terakhir di Wihan Phra Mongkhon Bophit menyajikan pelajaran mengenai keseimbangan antara fungsi keagamaan dan peran sebagai destinasi wisata. Patung Buddha perunggu besar yang ada di sana menjadi titik diskusi tentang interpretasi budaya, manajemen pengunjung yang sensitif, dan tata kelola zona heritage agar tetap bermakna dan terjaga.

Selama perjalanan, isu-isu kontemporer juga menjadi bahan kajian intensif: dari risiko overtourism, komersialisasi budaya, hingga perlunya interpretasi lokal yang menghormati konteks sejarah. Mahasiswa menggali bagaimana pendekatan desain destinasi yang edukatif bisa diaplikasikan di Indonesia, khususnya pada kawasan cagar budaya yang menghadapi tekanan modernisasi dan pariwisata masif. Mereka juga mendiskusikan pentingnya narasi yang inklusif dan kontekstual agar warisan budaya tidak hanya dilihat sebagai peninggalan masa lalu, tetapi juga sebagai identitas hidup yang relevan dengan generasi saat ini. Pendekatan ini diyakini mampu memperkuat peran masyarakat lokal sebagai penjaga warisan sekaligus pelaku aktif dalam pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

Kunjungan ini membuka wawasan baru tentang cara destinasi warisan budaya dapat dirancang secara berkelanjutan dengan menjaga nilai historis dan mengenalkan elemen masyarakat ke dalam narasi destinasi. Thailand memberikan contoh konkret bahwa heritage bukan sekadar objek visual, tetapi juga elemen dinamis yang perlu dirangkul oleh perencana, pemerintah, dan komunitas. Interaksi langsung dengan situs warisan dan pengelolanya memberikan pemahaman kontekstual yang tidak bisa didapat hanya melalui pembelajaran di kelas.

Dengan pengalaman lapangan yang kaya dan refleksi akademis menyeluruh, mahasiswa MPK ITB diharapkan mampu merancang kebijakan dan proyek kepariwisataan yang menghargai sejarah dan budaya, melibatkan masyarakat lokal, serta adaptif terhadap tantangan zaman. Paparan terhadap praktik terbaik di luar negeri memperkuat kapasitas mereka untuk mengembangkan solusi inovatif di dalam negeri. Semoga pengalaman kolaboratif ini menjadi pondasi kuat bagi pengembangan destinasi pariwisata budaya Indonesia di masa depan, yang tidak hanya indah secara visual tetapi juga bermakna secara sosial dan historis.

Documentation:

Home
Jadwal dan Acara Tautan Penting Informasi Publik