Pada hari Selasa (3 Desember 2024), Nurrohman Wijaya, Ph.D. menjadi salah satu pembicara pada acara ITB Annual Symposium on Multi-Hazard and Disaster Mitigation (IASMDM – 2024) yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB) ITB di Multipurpose Hall CRCS Lantai 3 ITB. Judul topik yang dipaparkan oleh Bapak Nurrohman, yaitu “Enhancing Climate Resilience: Non-Structural Disaster Mitigation in Spatial Planning (Case in Semarang City).” Materi paparannya meliputi pembahasan ringkas mengenai definisi pendekatan non-struktural untuk mitigasi bencana dan beberapa strateginya, termasuk kebijakan rencana tata ruang, serta penjelasan mengenai bahaya dan bencana yang timbul akibat dampak perubahan iklim. Dengan mengambil studi kasus di Kota Semarang, beliau memperlihatkan dampak yang timbul akibat adanya perubahan iklim, di antaranya perubahan garis pantai, longsor, banjir pesisir dan perkotaan. Selanjutnya, beliau memaparkan pentingnya adaptasi perubahan iklim (API) dan kaitannya perencanaan tata ruang. Penjelasan mengenai konsep API dan kedudukannya dalam rencana tata ruang dibahas secara ekplisit oleh beliau, termasuk peraturan dan kebijakan terkait integrasi API dalam rencana tata ruang. Selanjutnya, beliau menyampaikan penerapan kerangka integrasi API ke dalam rencana tata ruang, termasuk identifikasi dampak dari bahaya akibat perubahan iklim pada kawasan terpapar, rekomendasi tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang, dan tindakan API ke dalam arahan pemanfaatan dan pengendalian tata ruang.
Pada akhir paparan, neliau menyampaikan beberapa poin kesimpulan, di antaranya perlunya suatu kajian risiko dan API (termasuk bahaya, kerentanan, potensi dampak) dalam penyusunan rencana tata ruang, dan pentingnya perencanaan tata ruang yang terintegrasi dengan API yang dirancang untuk menurunkan tingkat kerentanan dan potensi dampak bencana akibat dampak perubahan iklim pada saat ini dan masa depan. Selain itu, beliau mengingatkan untuk melakukan penguatan pemahaman dan kesadaran kepada seluruh pemangku kepentingan, termasuk wali data dan penyedia data, dalam membangun ketahanan iklim di Indonesia, serta adanya sistem pemantauan dan evaluasi yang masih perlu dikembangkan untuk perbaikan pada proses perencanaan dan pelaksanaan adaptasi di masa mendatang.
Para peserta yang hadir pada acara tersebut cukup antusias memperhatikan hasil paparan dan memberikan pertanyaan serta diskusi. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kontribusi pengetahuan dan keahlian dari narasumber, khususnya dalam bentuk pengabdian masyarakat terkait dengan isu pengurangan risiko bencana dan perencanaan tata ruang.
Documentation: