Pada hari Jumat tanggal 25 Agustus 2023, telah dilangsungkan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat oleh Kelompok Keahlian Perencanaan Wilayah dan Pedesaan, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB dengan topik “Mitigasi Kawasan Kebisingan di Sekitar Bandar Udara”. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Penelitian, Pengabdian Masyarakat, dan Inovasi (PPMI) SAPPK 2023 dalam memberikan pendampingan dan sosialisasi terhadap risiko kebisingan kawasan sekitar Bandar Udara Husein Sastranegara guna mendukung terciptanya lingkungan permukiman yang nyaman.
Kawasan kebisingan di sekitar Bandar Udara Husein Sastranegara terdiri atas tiga zona yang meliputi beberapa kecamatan (Ramadhan, dkk., 2019). Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini, tim berfokus pada zona tingkat kebisingan II dan III, yakni kecamatan-kecamatan yang terdekat dengan sumber kebisingan tepatnya di Kecamatan Cicendo dan Kecamatan Andir.
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan secara luring di Kantor Kecamatan Cicendo, yang dihadiri oleh perwakilan dari pemerintah kecamat, kelurahan, serta perwakilan masyarakat yang terdampak kebisingan dari aktivitas Bandar Udara Husein Sastranegara.
Kegiatan sosialisasi dibuka dengan sambutan dari Bapak Ganjar Arimukti, S.Sos, M.AP selaku Sekretaris Kecamatan Cicendo yang menjadi tuan rumah pada acara ini. Kemudian, dilanjutkan dengan sambutan dan penyampaian materi sosialisasi dari Ibu Rintakasari Vitri Ayuningtyas, S.T, M.T, sebagai ketua tim pengabdian masyarakat dan dilanjutkan oleh Ibu Arini Murwindarti, S.Si., M.Sc., Firda Nurjanah, S.T., serta Sonia Bunga dan Anugrah Ambia sebagai mahasiswa MBKM.
Pemaparan materi dimulai dengan pengenalan terkait kebisingan yang terdiri dari definisi kebisingan, dampak kebisingan, dan penjelasan terkait kawasan kebisingan yang mengacu pada peraturan perundang-undangan. Pada sosialisasi ini, tim menginformasikan adanya 37 fasilitas pendidikan dan 4 fasilitas kesehatan pada kawasan kebisingan tingkat II, serta terdapat 53 fasilitas pendidikan dan 2 fasilitas kesehatan yang terletak pada kawasan kebisingan tingkat III. Padahal seharusnya, berdasarkan perundang-undangan tidak diperkenankan adanya fasilitas-fasilitas tersebut di kawasan tingkat kebisingan II dan III, karena akan berdampak kebisingan akibat aktivitas Bandar Udara tersebut.
Terdapat beberapa rekomendasi upaya mitigasi yang dapat dilakukan oleh pengelola fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, serta masyarakat pada huniannya masing-masing, diantaranya adalah menutup celah pintu dan jendela, menggunakan dinding kedap suara, menempatkan benda besar seperti rak buku di dekat tembok, serta memasang tirai untuk memecah gelombang suara sehingga tidak masuk ke ruangan. Selain itu, pemerintah daerah dan pengelola bandar udara juga dapat menurunkan getaran suara dari luar ruangan dengan cara menanam pohon di sekitar sumber kebisingan maupun membuat taman gundukan berupa piramida memanjang yang mampu bekerja sebagai peredam suara seperti yang dilakukan oleh Bandar Udara Schiphol, Amsterdam.
Mitigasi kawasan kebisingan juga dapat dilakukan melalui perencanaan tata ruang. Bahwa kawasan yang memiliki Bandar Udara perlu mempertimbangkan kawasan kebisingan agar penempatan secara keruangan atau spasial sesuai dengan peruntukan dan ketentuan serta disarankan untuk tidak menempatkan fasilitas pendidikan dan kesehatan pada kawasan kebisingan pendidikan tingkat II dan III sesuai dengan penetapan perundang-undangan. Upaya tersebut dapat didukung dengan penyediaan rambu-rambu yang dapat dipahami masyarakat terkait informasi frekuensi kebisingan dan batas kawasan kebisingan.
Pada sesi diskusi, peserta sangat antusias menceritakan upaya yang selama ini telah dilakukan untuk meredam kebisingan diantaranya adalah menanam pohon di sekitar rumah. Di sisi lain, masyarakat juga menyadari bahwa telah terjadi proses adaptasi yang membuat mereka dapat hidup berdampingan dengan sumber kebisingan. Walau demikian, masyarakat berharap agar kebisingan dapat dikurangi sehingga tidak mengganggu aktivitas dan kesehatan mereka di masa mendatang.
Documentation: