Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Kementerian PPN/Bappenas menggelar Focus Group Discussion (FGD) bagian ketiga dan merupakan yang terakhir dalam rangka pertukaran ide terkait perencanaan dan pengembangan Ibu Kota Baru/Ibu Kota Negara (IKN). Acara tersebut dilaksanakan pada Senin (29/11) pukul 20.00 WIB atau 08.00 AM (Boston Time). Topik yang diangkat dalam FGD bagian terakhir ini adalah “Smart City Prospects in the New Capital City: Potential and Challenges in Land use, Mobility, and Housing Development”. Dalam acara ini, turut dibuka dan dihadiri oleh Dekan SAPPK ITB, Ibu Dr. Sri Maryati, S.T., MIP dan dinarasumberi oleh berbagai pakar dan akademisi, diantaranya adalah Prof. Ir. Haryo Winarso, M.Eng., Ph.D. (Institut Teknologi Bandung), Prof. Andres Sevtsuk (CityForm Lab – Massachusetts Institute of Technology), Sofian Sibarani (URBAN+ Institute), serta dimoderatori oleh Adiwan Fahlan Aritenang, S.T, M.GIT., Ph.D. (Institut Teknologi Bandung).
Pemaparan pertama disampaikan oleh Prof. Haryo dari ITB dengan membahas topik terkait dengan perencanaan dinamis untuk pengembangan perumahan di IKN. Dalam pemaparannya, Prof. Haryo menyampaikan bahwa terdapat berbagai tantangan yang harus dijawab dalam pengembangan sektor perumahan dan permukiman di IKN terutama terkait “House for whom and how many?”, perbedaan dari karakteristik sosial-budaya masyarakat yang bermukim akan mengakibatkan perbedaan tipe dan lokasi perumahan yang dibutuhkan. Prof Haryo juga menyampaikan bahwa salah satu implikasi dari pemindahan IKN adalah banyaknya migran dari kota-kota lain yang berasal dari berbagai kalangan, untuk itu penyediaan perumahan harus sesuai dengan kebutuhan yang direpresentasikan dalam proporsi pendapatan penduduk kota dan fase pembangunan. Salah satu solusi yang disampaikan dalam pemaparan ini adalah perencanaan dinamis / smart planning, yaitu penataan ruang yang secara dinamis dapat mengakomodasi kemungkinan perubahan yang direncanakan di masa depan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan TIK.
Sesi kedua dalam acara ini dilanjutkan oleh Prof. Andres Sevtsuk dari MIT dengan membahas “The 10-minute city and its implications on urban form and land use patterns”. 10 minute city merupakan perencanaan kota kompak yang dapat dijangkau oleh masyarakat dengan berjalan kaki atau bersepeda untuk mengakses pekerjaam rumah, kesehatan, pangan, pendidikan, budaya, hingga rekreasi. Dalam pemaparannya Prof. Andres menyebutkan bahwa terdapat banyak manfaat dari penerapan 10 minute city dalam berbagai sektor seperti energi, kesehatan, ekonomi, hingga sosial. Pengembangan 10 minute city ini juga dapat mencegah urban sprawl yang disebabkan oleh mobilisasai masyarakat. Pada sesi pemaparan ini pula, Prof. Andres menyampaikan 5 hal konkret menurutnya yang berkaitan dalam pengembangan 10 minute city untuk konteks IKN diantaranya adalah 1) Memfokuskan non-motorized mode-share sebagai Indikator Kinerja Utama; 2) Menempatkan berbagai fasilitas yang dapat diakses dengan berjalan kaki; 3.) Mengasumsikan pemindahan tempat kerja dan rumah akan memperpendek waktu perjalanan adalah salah; 4) Memperhatikan kualitas jalur pedestrian. 5) Mengintegrasikan lingkungan dan transportasi umum yang berkualitas.
Sesi presentasi terakhir disampaikan oleh Bapak Sofian Sibarani dari Urban+ Institute yang memberikan pandangan terkait dengan “Emerging approach in design and planning of Core Capital City of Indonesia: in search of new sustainable and smart model for living, working and moving”. Dalam pemaparan ini, Bapak Sofian menampilkan berbagai visualisasi untuk menjawab pertanyaan bagaimana bentuk perkotaan yang dapat menjadikan manusia dan alam harmonis dalam konteks pengembangan IKN. Selanjutnya, disampaikan bagaimana mengukur, merencanakan, mencapai KPI, dan lain sebagiannya dalam konteks pengembangan IKN yang dinamis dengan menggunakan paramter dan rencana tata ruang perkotaan yang terintegrasi serta memperkenalkan panduan desain perkotaan yang dinamis dan berbasis kinerja. Diakhir sesi pemaparannya, Bapak Sofian juga menyampaikan berbagai tantangan yang dihadapi dalam mendesain perkotaan di IKN diantaranya adalah penilaian teknik dan risiko konstruktabilitas, skala pengembangan, anggaran dan pembiayaan hingga pandemi COVID-19.
Dalam pertemuan tersebut juga turut hadir para penanggap yaitu, Ibu Tri Dewi Virgiyanti, ST, MEM (Direktur Perumahan dan Permukiman BAPPENAS) dan Ibu Mia Amalia, ST, MSi, Ph.D (Direktur Pembangunan Daerah BAPPENAS). Diskusi tersebut merespon materi-materi yang telah dibahas oleh 3 pembicara sebelumnya dan implikasinya terhadap pengembangan IKN kedepannya. Sesi tersebut dilanjutkan dengan tanya jawab dari peserta FGD lainnya yang berasal dari ITB, MIT dan Bappenas, kemudian Acara FGD ini ditutup dengan penarikan kesimpulan oleh moderator serta closing remarks dari para pembicara dan pembahas.
Documentation: