Enter your keyword

Dosen SAPPK ITB Sampaikan Peran dan Urgensi Rencana Tata Ruang dalam Perkotaan Tangguh

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin

Oleh : Admin

Pada hari Kamis-Jum’at (8-9 Mei 2025), Baresi Training Center – Resilience Development Initiative (BTC-RDI) melaksanakan pelatihan terkait Urban Resilience 360: Langkah Membangun Kota yang Adaptif dan Berkelanjutan. Tujuan pelatihan ini adalah untuk mengasah kemampuan dan wawasan peserta dalam perancangan dan penerapan resiliensi perkotaan dengan fokus pada pemahaman konsep perkotaan Tangguh dari segi perencanaan, tata kelola pemerintahan, serta sosial dan ekonomi. Pelatihan ini melibatkan para narasumber dari akademisi dan praktisi di bidang kebencanaan dan resiliensi perkotaan, yaitu Bapak Saut Sagala, Ph.D. selaku senior fellow dari RDI, Bapak Iwan Gunawan, Ph.D. selaku senior advisor dari Aurecon, dan Bapak Nurrohman Wijaya, Ph.D. selaku akademisi dari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), SAPPK ITB. Bentuk pelatihan meliputi ceramah dan tanya jawab, diskusi kelompok dan latihan interaktif, pembelajaran studi kasus, serta kuis. Pelatihan tersebut berlangsung di Baresi Cafe, Kota Bandung.

Pada kesempatan tersebut, Nurrohman W., Ph.D. hadir sebagai salah satu pembicara pada hari Jum’at (9 Mei 2025). Beliau menyampaikan materi terkait peran dan urgensi rencana tata ruang dalam mewujudkan perkotaan yang tangguh. Adapun sub-materi yang dibahas berkaitan dengan pendekatan “urban resilience” dari aspek perencanaan tata ruang (spasial) dan penilaian “urban resilience” pada tingkat global dan nasional, serta beberapa studi kasus yang terkait. Beliau menguraikan bahwa perencanaan tata ruang merupakan salah satu bentuk mitigasi non-struktural dalam pengurangan risiko bencana dan terdapat beberapa peran, di antaranya membatasi pembangunan di daerah rawan bencana, mengatur alokasi penggunaan lahan, serta mengurangi risiko dan kerentanan sosial dan ekonomi. Selanjutnya, beliau menyampaikan posisi rencana tata ruang dalam siklus penanggulangan bencana dan kedudukan analisis risiko bencana dalam proses penyusunan rencana tata ruang di Indonesia, dari tahap persiapan, pengumpulan data dan informasi, analisis, hingga perumusan konsepsi rencana. Kemudian, beliau menambahkan beberapa kerangka dan model penilaian risiko kota yang ada saat in dalam mewujudukan ketangguhan perkotaan, misalnya dari World Bank, ARUP, dan UN-Habitat. Pada tingkat nasional, salah satunya adala pedoman integrasi risiko bencana berkaitan dengan perubahan iklim pada perencanaan tata ruang yang terdapat pada petunjuk teknis penyusunan rencana tata ruang. Selanjutnya, beberapa studi kasus dibahas, termasuk penilaian “urban climate resilience” di Indonesia berdasarkan kajian literatur.

Para peserta yang hadir sebanyak 14 orang, terdiri dari praktisi, akademisi, pembuat kebijakan, perencana kota, dan masyarakat umum, sangat antusias menyimak materi dan berdiskusi dengan memberikan pertanyaan. Kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat memberikan pengayaan dan peningkatan pengetahuan bagi para peserta, khususnya terkait topik kebijakan rencana tata ruang dan ketangguhan perkotaan di Indonesia.

Home
Jadwal dan Acara Tautan Penting Informasi Publik